BUDIDAYA BUNGA KRISAN DALAM POT
Bunga krisan, siapa yang tidak suka dengan keidahannya? Bunga krisan ini menjadi nilai positif tersendiri bagi penggemarnya, bunga krisan sebenarnya berasal dari Eurasia, yang dominan dari Jepang. Namun bagi pecinta bunga krisan,
tentu ingin keindahannya tahan lama dan dapat berkembang dengan baik
atau malah bisa berkembang semakin baik, di sini saya akan memberikan
info atau pengetahuan bagaimana caranya agar bunga krisan ini bisa tahan lama dari segi perawatan nya. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika merawatan bunga krisan di dalam pot, berikut cara nya :
Kesesuaian lahan dan iklim untuk budidaya
krisan pot sama dengan kesesuaian lokasi (agroklimat) krisan potong,
sehingga paparan berikut ini lebih banyak menjelaskan kepada aspek
khusus budidaya krisan pot sebagai berikut.
Media Tanam. Pertimbangan khusus dalam
menentukan media tanam adalah mudah didapat, harga relatif murah, ringan
dan harus memiliki sifat-sifat fisik dan kimia yang bisa mendukung
pertumbuhan akar dan serapan hara secara optimal. Sifat fisik yang
penting adalah media harus ringan, gembur dan memiliki aerasi cukup
baik.
Sedangkan sifat kimianya adalah derajat
keasaman media netral dengan pH 5.52-6.7, memiliki Eectric Conductivity
(EC) rendah sehingga tidak ada kekhawatiran keracunan unsur tertentu.
Bahan yang banyak digunakan adalah serbuk sabut kelapa (cocopeat) dan
arang sekam. Gambut memiliki daya pegang air cukup tinggi, dan
partikel-partikelnya banyak membentuk gumpalan-gumpalan kecil sehingga
membentuk rongga-rongga udara. Untuk mengurangi rongga ini perlu
ditambahkan bahan lain yang bisa mengisinya seperti serbuk sabut kelapa
dan sekam bakar. Cocopeat memiliki daya pegang air cukup baik dan tidak
membentuk gumpalan antar partikelnya sehingga bisa digunakan untuk
mengisi rongga. Komposisi media yang baik untuk krisan pot adalah
campuran dari gambut (peat), cocopeat dan arang sekam dengan
perbandingan volume 4:4:1.
Bibit. Tinggi bibit untuk krisan pot
tidak boleh lebih dari 5 cm. bibit yang terlalu tinggi menyebabkan
pertunasan yang kurang kompak, tunas yang terbentuk berjauhan sehingga
bagian bawah tanaman menjadi kurang rimbun.
Jumlah bibit yang ditanam dalam satu pot
bisa bervariasi. Untuk ukuran pot 14 -15 cm bisa ditanam 5-6 bibit.
Untuk menentukan jumlah bibit yang ditanam dalam satu pot juga harus
mempertimbangkan produktivitas tunas dari jenis yang ditanam. Untuk
jenis yang hanya mengeluarkan tunas sedikit, dibutuhkan jumlah bibit
agak banyak, sehingga tanaman pot agak rimbun.
Cara penanamannya satu bibit ditanam
cepat ditengah pot dengan posisi tegak lurus, kemudian bibit lainnya
ditanam dibagian pinggir pot dengan posisi agak condong keluar agar
tunas yang dihasikan menyebar keluar sehingga tanaman pot terlihat lebih
besar dan rimbun. Berikut adalah gambar penempatan bibit krisan pot
Penyiraman. Penyiraman tanaman pot bisa
dilakukan dengan cara manual atau menggunakan alat bantu sistem irigasi.
Beberapa pertimbangan dalam menentukan pertimbangan adalah frekuensi
penyiraman, kualitas air, penyiraman tidak kena daun, penyiraman
dilakukan sekaligus dengan pupuk. Untuk memenuhi persyaratan penyiraman
yang baik, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar hasil penyiraman
lebih efisien:
Sistem rendam. Penyiraman dengan merendam
sebagian pot ke dalam air setinggi 5-10 cm, selama beberapa menit,
secara kapiler air dan pupuk bergerak dari bagian bawah pot ke permukaan
atas media, sistem ini mengandalkan daya kapiler media terhadap air
yang akan merambat dari bawah ke atas. Pada fase colouring (fase
terakhir perkembangan tanaman krisan pot, saat warna bunga mulai muncul)
tanaman harus dipindahkan ke tempat khusus dan sistem pengairannya
biasanya menggunakan sistem rendam untuk memudahkan panen.
Perendaman Tanaman Krisan
Sistem drip. Dengan sistem drip (irigasi
tetes) setiap pot disambungkan dengan selang yang mempunyai jarum untuk
mengatur keluarnya air dan sebagai jalan tetesan air ke media. Dengan
menggunakan sistem drip, pemupukan bisa dimasukkan ke dalam alat
irigasi. Pupuk yang digunakan harus yang mudah larut ke dalam air agar
lubang drip tidak mudah tersumbat dan pupuk lebih mudah diserap oleh
tanaman. Biasanya pada fase short day krisan pot dipindahkan ke tempat
lain dan sistem pengairannya menggunakan sistem drip.
Komposisi Pupuk untuk Larutan Pekat
Jenis pupuk
|
Jumlah (gram)
|
|||||
Stok A (20 liter)
|
||||||
Ca(NO3)2. 4H2O
|
2.880
|
|||||
KNO3
|
1.814
|
|||||
Stok B (20 liter)
|
||||||
KNO3
|
1.476
|
|||||
MnSO4.4H2O
|
5,76
|
|||||
ZnSO4.7H2O
|
0,9288
|
|||||
Borak
|
7,099
|
|||||
Na2MoO4.2H2O
|
0,269
|
|||||
MgSo4.7H2O
|
1.364,6
|
|||||
FeSo4.7H2O
|
85,76
|
|||||
|
Kristalon hijau
|
1.754,4
|
||||
Sumber : Cahyono (1999) dalam Supari (1999).
Bahan pupuk dapat
dibuat dari senyawa kimia lainnya sesuai dengan ketersediaan bahan
dipasar dan juga dari harga yang lebih ekonomis. Akan tetapi yang
terpenting adalah komposisi dari masing-masing unsurnya. Pada tabel
disajikan pedoman untuk komposisi unsur pupuk.
Unsur |
Jumlah (gram) |
K
|
38,86
|
N-Nos
|
26,26
|
N-NH2
|
1,58
|
P
|
3,43
|
Ca
|
12,23
|
Mg
|
4,08
|
Mn
|
0,124
|
Zn
|
0,032
|
B
|
0,049
|
Cu
|
0,0263
|
Mo
|
0,0066
|
Fe
|
0,489
|
Sumber : Cahyono (1999) dalam Supari (1999)
Pengaturan Panjang Hari. Krisan pot
memiliki fisiologi sama dengan krisan potong, yaitu memiliki respon
terhadap fotoperiodisasi. Lama penyinaran yang tepat untuk iklim
Indonesia 14-16 jam sehari, sehingga pada daerah tropis paling tidak
tanaman krisan perlu tambahan cahaya selama dua jam dengan intensitas
cahaya minimal 40 lux bila menggunakan lampu TL dan 70 lux apabila
menggunakan lampu pijar. Pemberian cahaya lampu dilakukan sejak awal
tanam sampai tunas lateral yang keluar dari ketiak daun, tumbuh
sepanjang 2-3 cm. Bila tunas yang keluar sudah cukup, maka tanaman akan
masuk fase short day. Supaya bunga mekar secara serempak, ada penanam
krisan pot yang melakukan blackout pada malam hari yaitu menutup tanaman
dengan plastik hitam atau kain hitam sedemikian rupa sehingga cahaya
dari luar sama sekali tidak mengenai tanaman.
Pinching dan Disbudding. Pinching adalah
membuang pucuk terminal dari bibit asal, hal ini dilakukan untuk
menghentikan dominasi tunas apikal untuk merangsang tumbuhnya
tunas-tunas lateral dari ketiak daun. Dari setiap bibit diharapkan
mengeluarkan tuns lateral sebanyak 3-4 tunas produktif, sedangkan
tunas-tunas yang kecil atau tidak peroduktif harus dibuang, sehingga
kualitas tunas yang dipelihara benar-benar bagus. Pinching (Gambar 5.
4.) dilakukan setelah tanaman memiliki lima daun sempurna, dan yang
dibuang adalah tunas diantara daun keempat dan kelima, bila daun pertama
dihitung dari bawah. Tanaman yang dipinching telah berumur lebih dari
10-14 hari setelah bibit ditanam. Pinching harus dilakukan tepat waktu.
Apabila terlambat maka internode dari bibit akan terlalu panjang,
akibatnya jarak antar tunas yang akan tumbuh saling berjauhan.
Kegiatan Pinching
Disbudding adalah pembuangan bakal bunga
yang tidak diinginkan sesuai dengan tujuan pembentukan bunga. Disbudding
dilakukan setelah bakal bunga yang tidak diharapkan mulai tumbuh dan
siap dibuang tanpa mengganggu bakal bunga yang siap untuk dipelihara.
B. PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT)
ZPT digunakan untuk mengatur pertumbuhan
tanaman: merangsang pertumbuhan tanaman atau menekan pertumbuhan
tanaman. Pada krisan pot, pemberian ZPT diupayakan untuk merangsang
pertumbuhan tunas dan daun sehingga membentuk tanaman menjadi tanaman
pot yang kompak, rimbun dan indah. Salah satu ZPT yang biasa digunakan
untuk mempercepat pertunasan adalah Hobsanol. Penyemprotan Hobsanol
dilakukan setelah pinching dan seminggu setelah aplikasi yang pertama.
Untuk menekan pertumbuhan agar krisan pot tidak terlalu tinggi maka
digunakan alar atau cultar.
C. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Kualitas krisan pot sangat ditentukan
oleh kesehatan tanaman, sehingga pemeliharaan tanaman mulai dari tanam
sampai siap untuk dipasarkan harus dilakukan secara cermat. Untuk
mendapatkan kualitas tanaman pot yang prima maka pengendalian hama dan
penyakit harus dilakukan secara intensif. Adapun hama dan penyakit
tanaman yang banyak menyerang krisan pot adalah sama dengan krisan
potong yaitu pengorok daun, thrips, aphids, ulat , dan karat putih.
D. PANEN DAN PASCA PANEN
Pemanenan tanaman krisan pot tentunya
dilakukan bersama-sama dengan medianya. Beberapa faktor yang menjadi
kriteria kualitas tanaman pot adalah sebagai berikut.
- Tajuk. Batang tanaman tidak terlalu tinggi, sekitar 20-25 cm. Bentuk tajuk tumbuh ke samping pot, sehingga bila dilihat dari bagian atas, tanaman memiliki diameter lebih dari 20 cm; semakin lebar diameter tajuk dengan batang yang kuat akan semakin baik.
- Daun. Warna daun hijau segar dan bersih dari residu pupuk daun dan pestisida. Bentuk daun normal dan tidak cacat, bebas dari serangan hama penyakit. Daun tumbuh lebat sehingga terlihat rimbun.
- Bunga. Warna bunga cerah dan tidak pudar. Semua bunga dalam satu pot tumbuh normal dan bebas hama penyakit. Bunga mekar serempak, kompak, dan tinggi bunga rata.
Setelah krisan pot diseleksi sesuai
kriteria, maka segera dimasukkan ke dalam kantong plastik agar bunga dan
cabang tidak patah selama dalam transportasi. Sebelum tanaman pot
dimasukkan kedalam plastik dan dikemas kedalam kardus, media tanam harus
dalam kondisi lembab dan pot dalam keadaan bersih.
Sumber : http://tulipflorist.wordpress.com/2012/06/01/bunga-krisan-cara-perawatan-di-dalam-pot/ dan http://binaukm.com/2010/06/teknik-budidaya-bunga-krisan-pot/ ,
dengan perubahan seperlunya.
0 komentar:
Posting Komentar